SABDA DAN KOMPLAIN

Pentigraf
SABDA DAN KOMPLAIN
Oleh: Telly D.
Di dalam tenda yang panas dan penuh suara kipas tangan manual, seorang pembimbing haji berdiri dan mengingatkan untuk jangan banyak mengeluh, karena semua ujian. Bagi yang komplain, bisa merusak ibadah hajinya. Beberapa jemaah mengangguk, yang lain hanya diam sambil menahan sakit lutut, lapar, atau sekadar kesal karena antrean kamar mandi tak kunjung selesai. Di wajah-wajah itu, tampak jelas mana yang pasrah, mana yang pura-pura tabah.
Seorang perempuan muda ingin bertanya kenapa makanannya belum juga datang, tapi ditahan oleh ibunya dengan cubitan pelan di lengan. Cubitan ini bermakna jangan, nanti dikira kurang sabar. Maka ia menunduk lagi, mengunyah ludah yang kosong, dan menarik napas dalam-dalam. Semua sedang beribadah, katanya dalam hati. Tapi kenapa justru di tempat paling suci ini, orang-orang seperti dilarang merasa tidak nyaman?
Saat malam datang dengan embus angin pengganti AC, perempuan muda itu menulis satu kalimat di catatan kecilnya: “Kalau diam dianggap bentuk keimanan, lalu untuk siapa Tuhan menciptakan sabda?”
Makassar, Mei 2025
May 29, 2025 at 5:00 am
Paige830
https://shorturl.fm/A5ni8