MEMANAH DIRI SENDIRI

Pentigraf
MEMANAH DIRI SENDIRI
Oleh: Telly D.
Pak Benarcus adalah legenda di hutan kecil, seorang pemanah ulung yang jitu seperti elang membidik mangsa. Dinding rumahnya menjadi galeri, dipenuhi kepala rusa, burung hantu, hingga trofi berbulu yang mengisyaratkan jejak panjang kemahirannya. Namun, hari ini, bahkan pemburu setajam Benarcus tak luput dari jerat. Seperti tupai yang akhirnya jatuh, ia ditangkap polisi hutan ketika memanggang daging elang jawa, burung langka yang dilindungi undang-undang.
Di persidangan, ia membangun pertahanan dari lidah yang setajam panahnya.menjelaskan bahwa “ia tidak memanahnya, hanya menemukannya terkapar, dicabik anjing hutan. Dari pada mati sia-sia, saya sembelih dan memakannya.” Perdebatan pun menghangat. Jaksa terus mendesak, namun kisahnya yang terbungkus rapi memikat hakim. Akhirnya, ia dibebaskan dengan keputusan yang disambut lega.
“Bagaimana rasanya daging elang?” sebelum keluar ruang sidang, hakim bertanya, setengah bercanda, Pak Benarcus, tanpa sadar, menjelaskan denga mata berbinar bahwa “rasanya seperti perpaduan daging burung cendrawasih dan jalak bali!” Penjelasan itu mengalir seperti sungai yang membongkar batu rahasia di dasarnya. Ruangan membeku; kebanggaan itu kini menjelma menjadi pengakuan tanpa sadar. Panah terakhir Pak Benarcus tak hanya mengarah pada burung langka, tapi juga tepat menghantam dirinya sendiri.
Makassar, 19 Januari 2025
Leave a Reply