CAHAYA NATAL
Pentigraf
CAHAYA NATAL
Oleh Telly D.
Suasana Natal mulai terasa. Pohon-pohon Natal berdiri megah di toko-toko, lampu kerlap-kerlip menghiasi jalanan, dan lagu-lagu Natal meresap hingga ke hati. Keinginan untuk pulang ke kampung, berkumpul dengan ayah dan ibu, semakin menguat. Namun, aku hanya bisa memendam rindu itu. Di sini, aku harus merawat ibu mertuaku yang sudah renta dan bergantung pada kursi roda. Suamiku, meski baik, sering membuatku merasa terabaikan. Ia selalu mendahulukan ibunya, bahkan keuntungan perusahaan yang kutahu sepenuhnya diberikan kepada ibu mertuaku. Aku merasa hampa dan tak dihargai.
Pagi tadi, aku diam-diam mendengar pembicaraan suamiku. Hati ini semakin sesak mengetahui segalanya, semua usaha dan jerih payahnya hanya untuk ibunya. Hingga siang itu, di meja makan, ketika ibu mertua memanggilku, aku menghampirinya dengan hati yang berat.
“Ini keuntungan perusahaan tahun ini. Aku percaya kau yang paling pandai mengelolanya,” ucap ibu Mertuaku menyodorkan seluruh uang itu. Air mataku hampir jatuh. Ia juga menyerahkan tiket dan uang saku, memintaku pulang merayakan Natal bersama orang tuaku.Tak sanggup aku membayangkan buruknya prasangka terhadap perempuan mulia ini. Aku memeluk ibu mertuaku dan suamiku erat. Lagu Natal bergema, membawa cahaya cinta yang tak terduga ke dalam hati kami. Kasih sejati hadir, menerangi segalanya.
Makassar, 20 Desember 2024
“Selamat hari Natal dan tahun Baru 2024
Semoga Natal membawa kedamaian. Damai di Bumi Damai di hati.”
Leave a Reply