Senyuman Terakhir
Pentigraf
Senyuman Terakhir
Oleh Telly D.
Setelah sang suami tiada, Ibu Marni hidup bersama Mbok Min pelayan setia menjalani hari-hari dalam ketentraman. Bu Marni telah sukses mengantar anak-anak baik dalam pendidikan maupun rumah tangganya masing-masing. Hampir semua kebutuhan ibunda selalu dipenuhi oleh anak-anaknya dengan penuh cinta, tanpa cela atau keluhan. Namun, di sana juga terselip desas-desus cerita tentang ketidakcocokkan antara Erwin, sang anak bungsu dan ibunda tercinta. Erwin dianggap anak yang kurang memperhatikan ibundanya.
Pada saat ulang tahun kali ini Bu Marni tampak sangat terharu karena dirayakan di sebuah pasanggrahan keluarga. Bangunan tua yang dulu pernah dimilikinya dan menyimpan banyak kenangan. Penginapan yang pernah dimilikinya, kini telah terjual untuk biaya sekolah anak-anaknya. Semua keluarga yang hadir ikut terlarut dalam keharuan, serta kenangan yang begitu melankolis.
Berbagai hadiah untuk menyenangkan sang Bunda telah diberikan oleh masing-masing putra dan menantunya. Di antara sekian banyak hadiah itu ada satu hadiah yang sangat spesial datang dari Erwin dan istrinya. Sebuah map mewah berwarna hijau muda berisi surat hak milik pasanggrahan yang telah mereka beli kembali. Dengan air mata mengalir deras Bu Marni menerima surat tanah itu. Senyum di bibirnya menyiratkan kebahagiaan. “Terimakasih anakku…..,” dan seketika kebahagiaan itu berubah menjadi tangisan penuh duka. Rupanya itulah senyuman terakhir sang Bunda.
Makassar, 6 Februari 2024
Leave a Reply